A
PENAWARAN PRODUK
lima macam katagori penawaran produk (kotler 2000)
:
a
produk fisik
murni
penawaran
semata-mata hanya terdiri atas produk fisik.
(misalnya;
sabun mandi, pasta gigi, bumbu masak, sabun cucim dan kesemuanya tanpa ada jasa
atau pelayanan yang melengkapinya)
b
produk fisik
dengan jasa pendukung
katagori
ini berupa produk fisik yang disertai dengan satu atau beberapa jasa pelengkap
untuk meningkatkan daya tarik produk
bagi konsumen.
(misalnya;
produsen mobil melengkapi produknya dengan berbagai jasa pendukung, spt; jasa
pemeliharaan dan reparasi, dll)
c
hybrid
dalam
katagori ini, komponen jasa dan barang sama besar porsinya.
d
jasa utama
dilengkapi dengan barang dan jasa minor.
penawaran
terdiri atas suatu jasa pokok bersama-sama dengan jasa tambahan (pelengkap)
dan/atau barang-barang pendukung.
(misalnya;
sekalipun penawaran utama perusahaan penerbangan adalah jasa transportasi,
produk fisik tetap harus ada dan dibutuhkan; pesawat, makanan, minuman, serta
bahan bacaan selama penerbangan)
e
jasa murni
penawaran
hamper seluruh berupa jasa.
(misalnya;
fisioterapi, konsultasi psikologi, jasa tukang pijat, dll)
tangible
apabila
tidak ada bukti fisik (evidence) yang bisa dialami langsung oleh pelanggan
intangible
adalah
proses yang memiliki sejumlah bukti bagi konsumen untuk dievaluasi.
didalam
penawaran jasa terdapat dua macam tipe barang
· support goods
tipe
support goods merupakan aspek tangible dalam suatu jasa yang membantu
penyediaan jasa.
(misalnya;
buku teks dalam jasa pendidikan)
· facilitating goods
merupakan
barang yang harus tersedia sebagai syarat penyediaan suatu jasa
(misalnya;
mobil mutlak tersedia untuk rental mobil, dlsb)
unsure-unsur
dalam penawaran jasa atau konsep jasa dapat dijabarkan ke dalam tiga elemen:
· unsure fisik
yaitu
elemen-elemen material/fisik berupa facilitating goods dan support goods,
(misalnya;
makanan dan minuman yang disajikan di restoran; ada film dibioskop, dsb)
· manfaat sensual (sensual benefit)
yakni
manfaat-manfaat yang berkaitan dengan panca indera.
(misalnya;
aroma dan rasa makanan restoran, dsb)
· manfaat psikologis
yakni
manfaat-manfaat yang tidak didefinisikan secara jelas dan cenderung oleh
pelanggan secara objective.
B
LEVEL JASA INTI (SUBSTANTIVE / SERVICE
CONCEPT)
merupakan
fungsi esensial dari suatu jasa. pada level ini kebutuhan dan keinginan
bersifat intangible (tidak dapat dilihat atau disentuh)
C
LEVEL JASA SEKUNDER
level
jasa sekunder membutuhkan kombinasi antara unsure-unsur berwujud dan tidak
berwujud, agar manfaat inti yang ditawarkan dapat dikenali dan dipahami dengan mudah oleh
konsumen. manfaat ini tercerminpada aspek-aspek yang berkaitan dengan cara
mendistribusikan atau menyampaikan produk. (misalnya; instalasi, pengiriman,
penyediaan kredit, dan layanan purna jual, dll)
elemen-elemen
yang dapat untuk mengidentifikasi jasa sekunder:
Ø fitur (feature)
merupakan
komponen-komponen spesifik produk yang dapat ditambahkan atau dikurangi tanpa
mengubah karakteristik esensial produk bersangkutan. fitur ditambah atau
dikurangi sedemikian rupa sehingga perusahaan bisa menghasilkan serangkaian
produk yang berdaya tari berbeda, bagi sejumlah segmen pasar yang berbeda.
Ø styling (penampilan)
berarti
memberikan penampilan unik pada produk. (baik dalam berwujud maupun tidak
berwujud)
Ø kemasan
kemasan
yang baik adalah kemasan yang bisa
memberikan kemudahan komsumsi jasa
(misalnya;
desain wadah bisa mempermudah penanganan makanan take – away (yang dibungkus
dan dibawa pulang) dan juga menyampaikan informasi/pesan yang membedakan
penyedia jasanya dari para pesaing.
Ø merek
bagi
konsumen merek memiliki paling tidak delapan (8) fungsi dan manfaat pokok
(kapferer 1997):
§ pertama;
fungsi identifikasi
yakni
dapat di kenali, dilihat, dan diidentifikasi dengan jelas dan cepat.
§ kedua; fungsi
praktikalitas
yaitu
memungkinkan penghematan waktu dan energy melalui pembelian ulang yang identik
dan loyalitas.
§ ketiga;
fungsi jaminan/garansi
yaitu
menjamin diperolehnya kualitas yang sama di mana pun dan kapan pun konsumen
membeli produk dan/atau jasa yang bersangkutan.
§ keempat;
fungsi optimalisasi
yaitu
memastikan bahwa konsumen membeli produk terbaik dalam kategorinya atau produk
yang memiliki kinerja terbaik dalam tujuan pembelian tertentu.
§ kelima;
fungsi karakterisasi
yaitu
konfirmasi atas citra diri (self-imaga) konsumen atau citra yang ditampilkan
pembeli/konsumen.
§ ketujuh;
fungsi hedonistic.
yakni
kepuasan yang berkaitan dengan daya tarik merek, logo, maupun komunikasinya.
dan yang terakhir
§ fungsi etis
yaitu
kepuasan berkenaan dengan perilaku merek yang bertanggungjawab dalam jalinan
relasinya dengan masyarakat
(misalnya;
ekologi, penyediaan lapangan pekerjaan, dan iklan yang harmonis dengan
lingkungan sekitarnya dan norma social)
Ø bukti fisik (tangibles)
jasa/layanan
tambahan dalam bentuk fisik (seperti bentuk desain brosur, seragam karyawan,
order jasa yang eksklusif dan unik,dll)
Ø penyampaian jasa
dalam
konteks jasa; konsep aksebilitas dipandang lebih tepat dari pada konsep
distribusi/pengiriman yang biasa dijumpai dalam pemasaran barang. aksebilitas sumber daya produk dengan
konsumen; (misalnya; sumber daya manusia yang kontak langsung dengan konsumen,
mesin, bangunan dan infrastruktur fisik lainnya, serta layanan pelengkap.
Ø proses
aspek
proses dan cara berinteraksi karyawan jasa dengan pelanggan selama proses
berlangsung.
Ø sumber daya manusia
sumber
daya manusia menjadi unsure yang sangat penting dalam penawaran jasa karena
menentukan jasa yang dihasilkan dan dalam menentukan persepsi pelanggan
terhadap jasa bersangkutan.
Ø kualitas
kualitas dalam jasa adalah tingkat persepsi terhadap
kinerja suatu jasa.
kualitas
merupakan salah satu faktor penting yang digunakan pelanggan untuk mengevaluasi
jasa suatu organisasi dibandingkan penawaran dari organisasi lainnya.
D service
branding
secara
garis besar, terdapat tiga tipe utama merek yang masing-masing memiliki citra
merek yang berbeda (Whitwell, el al., 2003):
Ø attribute brands
yakni
merek-merek yang memiliki citra yang mampu mengkomunikasikan
keyakinan/kepercayaan terhadap atribut fungsional produk.
Ø aspirational brands
yakni
merek-merek yang menyampaikan citra tentang tipe orang yang membeli merek
bersangkutan. citra tersebut tidak hanya menyangkut produknya, tetapi justru
lebih banyak berkaitan dengan gaya hidup yang didambakan. keyakinan yang
dipegang konsumen adalah dengan memiliki merek semacam ini, akan tercipta
asosiasi yang kuat antara dirinya dengan kelompok aspirasi tertentu.
(misalnya;
golongan kaya, perstisius, dan terkenal, dll)
Ø expensive brands
mencerminkan
merek-merek yang menyampaikan citra asosiasi dan emosi bersama (shared
associations and emotions). tipe ini memiliki sekadar aspirasi dan lebih
berkenaan dengan kesamaan filosofis antara merek dan konsumen individual.
manfaat-manfaat merek
Manfaat merek
|
Deskripsi
|
Manfaat ekonomi
|
·
Merek merupakan sarana bagi
perusahaan untuk saling bersaing memperebutkan pasar
·
Konsumen memilih merek
berdasarkan value for money yang ditawarkan berbagai macam merek
·
Relasi antara merek dan
konsumen dimulai dengan penjualan. premium harga bisa berfungsi layaknya
asuransi risiko bagi perusahaan. sebagian konsumen lebih suka memilik
penyedia jasa yang lebih mahal, namun diyakininya bakal memuaskannya
ketimbang memilih penyedia jasa lebih murah yang tidak jelas kinerjanya
|
Manfaat fungsional
|
·
Merek memberikan peluang
bagi diferensiasi. selain memperbaiki kualitas (differensiasi vertical),
perusahaan-perusahaan juga memperluas mereknya dengan tipe-tipe produk baru
(differensiasi horizontal)
·
Merek memberikan jaminan
kualitas. apabila konsumen membeli merek yang sama lagi, maka ada jaminan
bahwa kinerja merek tersebut akan konsisten dengan sebelumnya.
·
Pemasar merek berempati
dengan para pemakai akhir dan masalah yang akan diatasi merek yang ditawarkan
·
Merek menfasilitasi
ketersediaan produk secara luas.
·
Merek memudahkan iklan dan
sponsorship
|
Manfaat psikologis
|
·
Merek merupakan
penyederhanaan atau simplikasi dari semua informasi produk yang perlu diketahui
konsumen.
·
Pilihan merek tidak selalu
didasarkan pada pertimbangan rasional. dalam banyak kasus, faktor emosional
(seperti gengsi, dan citra social) memainkan peran dominan dalam keputusan
pembelian.
·
Merek bisa memperkuat citra
diri dan persepsi orang lain terhadap pemakai/pemiliknya
·
Brand sibolism tidak hanya
berpengaruh pada persepsi orang lain, namun juga pada identifikasi diri
sendiri dengan obeject tertentu.
|
branding
merupakan sangat krusial bagi perusahaan jasa. karena merek yang kuat dapat meningkatkan
kepercayaan pelanggan dalam pembelian jasa yang sifatnya intangible,
inseparable, variable, dan perishable. dan merek kuat membantu pelanggan
memvisualisasikan dan memahami dan memahami produk-produk intangible.
selain
branding, reputasi juga sangat
berpengaruh terhadap persepsi stakehoulder, nilai pasar, akses kesumber modal,
penetapan harga premium, dan recruitment sarta retensi karyawan terbaik.
E
STRATEGI PRODUK JASA
jarang
ada organisasi jasa yang bisa bertahan lama dengan hanya menawarkan satu jasa
terspesialisasi. biasanya, bauran produk ditawarkan berbagai macam kebutuhan
dan keinginan pelanggan.
bauran produk berfariasi dalam:
ü kedalaman
produk (product depth)
mengacu
pada jumlah varian/jenis produk yag ada dalam sebuah lini produk,
ü keluasan
produk (product width)
berkaitan
dengan jumlah lini produk yang ditawarkan organisasi jasa tertentu.
terdapat
empat alternative strategi produk jasa yang tersedia bagi setiap perusahaan
jasa (Igor Ansoff)
Ø penetrasi pasar (market penetration)
organisasi
jasa tetap menyediakan jasa yang telah ada saat ini kepada segmen pelanggan
saati ini, namun berupaya meningkatkan penjualan dari mereka.
Ø pengembangan pasar (market development)
organisasi
jasa berusaha memperluas pasar bagi jasa yang sudah ada saat ini, baik dengan
jalan ekspansi geografis maupun membidik segmen pasar baru.
Ø pengembangan jasa (service development)
jasa
baru atau jasa modifikasi dikembangkan dan dijual kepada pasar saat ini
(pelanggan saat ini).
Ø diversifikasi
jasa
baru ditawarkan kepada pasar baru.
siklus
hidup produk jasa (product/service life cycle/PLC)
menggambarkan
secara grafik riwayat penjualan suatu produk/jasa semenjak pertama
diperkenalkan kepasar sampai dengan ditarik dari pasar.
Ø tahap perkenalan
tahap
perancangan, produksi, dan peluncurannya.
Ø tahap pertumbuhan
produk
baru tersebut telah diuji/dicoba dan masalah-masalah yang muncul dalam tahap
sebelumnya telah teratasi.
Ø tahap kedewasaan.
pertumbuhan
pasar mulai melambat atau bahkan menurun.
Ø tahap penurunan
penjualan
semakin merosot dikarenakan perubahan selera konsumen, produk substitusi mulai
diterima konsumen, atau perubahan teknologi,dll.
F
PENGEMBANGAN JASA BARU
Ø pemunculan ide
ide jasa baru bisa bersumber internal (misalnya; dari
manajemen puncak dan karyawan), maupun sumber eksternal (konsultan, pelanggan,
pemasok, distributor, publikasi, pesaing, dll)
Ø penyaringan ide
tahap
ini meliputi aktivitas mengevaluasi ide-ide yang muncul dan mengestimasi
gagasan-gagasan yang tidak sesuai dengan tujuan dan sumber daya organisasi.
Ø pengembangan dan pengujian konsep
ide-ide
yang lolos dari tahap penyaringan perlu diterjemahkan kedalam konsep-konsep
jasa yang kemudian diujikan pada sekelompok pelanggan sasaran.
Ø analisis bisnis
ide
yang dikemukakan tersebut selanjutnya dituangkan dalam proposal bisnis.
Ø pengembangan
tahap
ini merupakan tahap penerjemahan gagasan kedalam jasa actual yang dapat
ditawarkan kepada pelanggan.
Ø komersialisasi
dalam
tahap ini, organisasi jasa harus memutuskan kapan, di mana, kapada siapa, dan
bagaimana mengintroduksi jasa baru tersebut.
rogers
(1995) mengidentifikasi lima karakteristik inovasi yang mempengaruhi tingkat
adopsinya:
1
keunggulan
relative (relative advantage)
menyangkut
tingkat superioritas inovasi dibandingkan produk yang sudah ada. semakin besar
persepsi pelanggan terhadap keunggulan relative sebuah inovasi baru, semakin
cepat proses adopsi inovasi bersangkutan.
2
kompabilitas
mencerminkan
tingkat kesesuaian antara inovasi dengan nilai-nilai dan pengalaman pelanggan
potensial
3
kompleksitas
merefleksikan
tingkat kesulitan dalam memahami atau menggunakan inovasi baru bersangkutan.
4
divisibility/trialability
mengacu
pada sejauh mana inovasi bisa dicoba secara terbatas.
5
communicability
yakni
sejauh mana hasil dari menggunakan inovasi baru bisa diamati atau
dideskripsikan kepada orang lain.
selain kelima karakteristik tersebut,
beberapa faktor lain yang juga berperan penting dalam mempengaruhi tingkat
adopsi, diantaranya;
Ø biaya (unitial costs dan on going costs), dan
Ø ketidak pastian, serta
Ø pengakuan social (social approval)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar